Wednesday, January 20, 2010

Makalah Budaya "Bundo Kanduang"

BUNDO KANDUANG: A POWERFUL OR POWERLESS RULER?
LITERARY ANALYSIS OF KABA CINDUA MATO
(HIKAYAT NAN MUDA TUANKU PAGARUYUNG)
Mina Elfira
Departemen Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia


Abstrak
Kaba Cinduo Mato tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Minangkabau baik dalam ranah publik maupun  privat. Kaba ini menampilkan figur Bundo Kanduang yang dipercaya oleh masyarakat Minangkabau sebagai raja  pertama kerajaan Pagaruyung. Bundo Kanduang diakui sebagai figur yang meletakkan dasar-dasar sistem pemerintahan  Minangkabau yang berlandaskan agama Islam dan adat matrilineal. Legenda Bundo Kanduang, yang citranya masih  mendominasi kehidupan sehari-hari perempuan Minangkabau dalam masyarakat kontemporer Minangkabau, telah  menjadi fokus penelitian beberapa peneliti yang tertarik untuk melakukan analisa politik gender dalam masyarakat  Minangkabau. Citra Bundo Kanduang dalam Kaba Cinduo Mato digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:  “Siapakah yang sesungguhnya memegang kekuasaan dalam masyarakat Minangkabau?” Apakah mungkin seorang  perempuan menjadi seorang pemimpin, dalam ranah publik dan privat, dalam Minangkabau?”. Artikel ini menganalisa  citra Bundo Kanduang yang dideskripsikan dalam Kaba Cinduo Mato. Argumen utama dari artikel ini adalah Bundo  Kanduang dicitrakan dalam Kaba Cinduo Mato sebagai seorang raja yang berkuasa penuh dalam mengendalikan  pemerintahannya di kerajaan pagaruyung, serta seorang ibu yang kuat dan bijak. Selain itu, kaba ini memperkuat  deskripsi Minangkabau sebagai suatu masyarakat matrilineal dimana kaum perempuannya memiliki beberapa hak  istimewa dan turut memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat  

Abstract
Kaba Cinduo Mato cannot be separated from Minangkabau social life, both in public and private spaces. This kaba  describes the life of’ Bundo Kanduang Bundo Kanduang, believed by most of Minangkabau people as the first queen of  Pagaruyung. It is believed that Bundo Kanduang established the foundation of Minangkabau government system which  was based on Islamic and matrilineal principles. The legend of Bundo Kanduang, whose image has still dominated the  daily life of Minangkabau women in contemporary Minangkabau society, has become the research focus of some  researches who are interested in analysing gender politics within Minangkabau society. The image of Bundo Kanduang  in Kaba Cinduo Mato is used in order to answer some questions such as “Who holds the power within Minangkabau  society?” and “Is it possible for a woman to be a leader, both in public and private spaces, in Minangkabau adat  society?”. This article analyses the image of Bundo Kanduang as described in Kaba Cinduo Mato. The main argument  of this article is that Bundo Kanduang is described in Kaba Cinduo Mato as a ruler, who has a full authority in leading  her government in Pagaruyuang kingdom, and a mother, who is strong and wise. Moreover, this kaba strengthens the  description of Minangkabau as a matrilineal society where its women have some privileged rights and play significant  roles in their community.

Link Download
    http://www.ziddu.com/download/8255813/MakalahBundoKanduang.pdf.html